Saya kebetulan memiliki kegemaran fotografi dan sudah lama suka dengan hobi tersebut. Lebih tepatnya segala sesuatu yang berhubungan dengan seni, baik itu gambar-gambar, tulis-tulis, atau coret-coret, semuanya saya cukup tertarik, tak terkecuali seni fotografi.

Artinya, saya memang sekedar suka fotografi dan jadi penikmatnya. Kadangkala menikmati hasil foto orang, seringnya sih bangga dengan foto sendiri yang alakadarnya. *eh *emanggitu?


Memutar mesin waktu, kembali ke sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu saya memang tidak terlalu serius menggeluti fotografi. Kenapa? Sebab saya tidak mempunyai kamera yang mumpuni. Terdengar klise? Benar sekali.

Kamera saya kala itu hanyalah handphone low-level bahkan di masanya. Sebuah henpon jadul made in china kubeli bundling dengan salah satu provider CDMA yang lagi booming kala itu.

Itupun kubeli pikiran utama : “Ada paket internetnya yang lumayanan banget!” dengan diakhir gumamanku, aku menceletuk “Eh, hapenya ada kameranya!”

Lalu dimulailah jurnal jepret-jepretku!

Ah, apa tidak boleh saya mencintai foto

Pertanyaanya adalah… memangnya yang cara yang benar serius menggeluti fotografi itu yang seperti apa? Memang ada ya?

Kalau mau serius, kerja sana. Saya mah jepret-jepret buat seneng-seneng.

“Oh, jadi orang dianggap serius menggeluti fotografi Cuktaw!”

Ah, akhir kata, mau gimana lagi, saya memang tidak berbakat serius menggeluti fotografi, bisanya cuma seneng-seneng. Kalau kamu gimana?

This site uses cookies to personalize content. Learn more.