Setelah sekian lama, aku bertemu dengan Septi lagi. Ia masih nampak biasa saja seperti kemarin.

Walapun jujur tak bisa dipungkiri, pijakan goyahnya tak bisa ia sembunyikan dariku. Ketika ia menyentuhku pagi ini, ia seperti meragu.

Haruskah ia datang secepat ini? Atau memang aku yang terlampau lambat untuk berlari?

Septi memang selalu datang sesudah Agus. Tentu Agus adalah sosok yang lebih menyebalkan, karena ia seringkali menyuarakan semangat picisan (maaf, abal-abal!) bagiku.

Dan yang lebih menyebalkan, Agus seringkali berhasil mengajakku kedalamnya. Hingar bingar palsu yang merengek untuk dirayakan dengan lembek.

Lantas bagaimana dengan Septi?

Septi, atau September ialah bulan yang mengingatkanku tentang akhir dari…

…pencapaian yang harus diakhiri sebelum berakhir.

Memberi titik akhir dari sesuatu yang belum berakhir agar ketika berakhir ia tetap bermakna.