Akhir-akhir ini saya merasa terlalu sering : Terimakasih Sekali! πŸ™ kepada orang-orang sekitar saya.

Baik yang baru kenal, kontak baru, maupun yang agak lama tidak terlalu dekat.

Saya merasa ini terlalu sering dan berlebihan. Saya tidak tahu efeknya.

Tapi memang rasa-rasanya ini terlalu berlebihan. Sampai-sampai saya merasa ini annoying bagi orang.

Tapi kadang, saya masih melakukan pembelaan diri. Saya merasa ini mempermudah dalam interaksi. Mencoba sopan dan menghargai lawan bicara.

Seingat saya dulu pernah dapat Terimakasih dengan penyangatan Sekali! dengan emot πŸ™ juga dan rasanya sangat berbahagia sekali.

Merasa dibutuhkan orang, merasa berguna, dan membantu orang.

Tapi apakah ini proven dan valid?

Apakah jika terus-terusan dikenakan pada sesorang akan baik?

Atau malah merasa annoying.

Bahkan kadang saya merasa, saya terlalu sopan, dengan kontak baru saja harus sesopan itu β€œTerimakasih Sekali! πŸ™β€

Entahlah!

Bertanya-tanya, haruskah dan perlukah?

Saya merasa harus menghilangkan kebiasaan ini, karena terlihat aneh dan annoying.

Tapi entahlah juga.

Saya belum memutuskan. Bimbang, dan tidak tahu harus bagaimana.

Pernah diberikan nasihat, perbanyak Tolong, Maaf, dan Terimakasih!

Cuman saya masih belum tahu ukurannya.

Pada dasarnya, semuanya adalah racun, ketika berlebihan, lebih dari dosis. Ia menjadi racun.

Dosislah yang membuat sesuatu menjadi obat.

Ketika obat sesuai pada dosisnya, itu bermanfaat dan baik.

Tapi jika berlebihan alias overdosis, jadilah racun.


Lantas apakah Terimakasih juga berdosis?

Apakah harus pake Sekali?

Dan emot seperti berterimakasih sekali πŸ™ seperti ini?


Saat ini,

Terimakasih.

Alias Terimakasih, titik!

Terkesan begitu formalitas. Seadanya. Minim kesungguhan, makna dan keseriusan.

Terimakasih Sekali! dengan emot πŸ™ nampak begitu serius berterimakasih.

Mungkin.

Terimakasih Sekali! πŸ™ sudah membaca.

Apakah terasa menyebalkan dan berlebihan?

Ya.

Terimakasih.