Ketika saya menemukan konsep Kebun Digital aka Digital Garden untuk menggantikan blog, saya trenyuh. Hahaha.

Saya sendiri sering menganggap diri saya sendiri adalah Petani versi digital alias lewat internet, makanya hati saya cukup tersentak dengan konsep Digital Garden.

Apa itu Digital Garden atau Kebun Digital?

Daripada memikirkan kita sedang menulis blog, bayangkan kita punya kebun (yg kebetulan digital).

Tugas kita adalah mencintainya. Menanaminya. Memupuknya. Melihatnya terus tumbuh.

Perihal kebun, tentu sangat personal. Tiap kebun punya ciri khas masing-masing pemiliknya.

Setelah besar. Bebas mau di apakan. Kalau dibisniskan, dipasangkan iklan, jadi agak jelek kebunnya. Tp ada pemasukan.

Atau memilih tanpa iklan. Kebun kita rapi dan cantik. Orang-orang makin ingin berkunjung. Lalu dibuat berbayar. Yang ingin berkunjung, bayar dulu. Orang-orang jadi males bayar. Tp loyal ada saja mau yang bayar. Gileee.

Bisa juga tetap gratis lihat kebun. Toh kan kebunnya di depan rumah hahaha. Semua bisa lihat. Tp ada premium, kalau mau lihat kebun belakang, ya jadi member. hihihi.

Terserah! Suka-suka!

Lantas Kebun untuk saya?

Belum tahu. Tapi kalau saya, tidak muluk-muluk membuat nyaman orang. Saya ingin membuat kebun untuk diri saya sendiri. Resiko banyak orang tidak suka. Tapi paling enggak nyaman buat diri sendiri.

Saat ini, jujur saya masih sangat kurang menyisihkan waktu di kebun ini.

Referensi

  • https://tomcritchlow.com/2019/02/17/building-digital-garden/
  • https://flaviocopes.com/digital-garden/