Suatu hari aku makan makanan yang kusuka.

“OOOOOUUUCH!!!” Dan lidahku celaka.

Karena berlauk terburu-buru dan ego kurang sabar untuk segera menikmatinya nyam nyam nyam.

Masih panas membara, eh aku cekoki pula ke mulutku penuh nafsu. Beberapa hari pun kulewatkan untuk tidak nyaman makan minum makan minum makan minum makan makanan apapun plus kesukaan sekalipun.

Aku sulit merasa.

Perih.

Pedih.

Jangan-jangan besok aku trauma makanan kesukaan ini? Oh tidak!

Tapi disinilah aku berdiri hari ini masih kumakan makanan kesukaan itu, kadang-kadang masih hot hot pop lagi, dan lagi-lagi aku berpayah-payah lagi seperti hari kemarin. Bukannya aku tidak belajar. Bukannya aku bodoh. Tapi mungkinkah…

(ijinkan aku bertanya-tanya dengan sangat jika tidak bolehlah langsung kau close tab ini)

Mungkin… Ini sebuah metafora bahwa akan datang saat-saat dimana

  1. Orang yang kamu sukai dan cintai teramat sangat akan menyakitimu hingga kamu perih pedih beberapa kali dan beberapa waktu namun kabar bodohnya
  2. Kamu masih berdiri tegar menerimanya terpaannya dengan hore lagi dong lagi dong?

Pertanyaan sampingannya ialah… sudah siapkah menerima saat-saat itu?

Pertanyaan pentingnya ialah… bukankah itu sebenarnya kabar gembira buat kita semua?

Pertanyaan utamanya ialah… apa makanan kesukaanku?

Kepikiran manggis kan jadinya.

Di kirim dalam jeda waktu sekian hari agar kelupaan manggis dahulu.

Sragen, 16 Agustus 2014