“Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan.”

Saya menua, walapun tidak terlalu tua bagi sebagian orang, tapi cukup tua kurasakan. Terkadang, tua itu sekedar masalah pikiran. Ada yang tua, karena pikirannya sudah tua, ada pula yang biasa saja pikirannya selow selalu seperti anak kecil.

Umur saya genap 27 hari ini. Maksud saya ganjil. Dan kupikir tidak ada yang ganjil dengan penambahan umur ini.

Tidak ada yang berubah, saya masih menanti komik favorit saya tiap minggu, saya masih ketawa ngakak oleh banyolan teman yang adsurb, saya masih hobi mager di kamar di depan lepi daripada nongki2, saya masih jaim dan kejam (ehhhh) dan yang paling terasa ialah…

… saya masih seorang bocah!

Menyebalkan memang, umur sudah seperempat abad namun cara berpikir dan tindakan kadang kala sering seperti masih bocah. Tidak sering memang, cuman biasanya hal-hal yang sangat blunder dan sensitif seharusnya tidak terjadi.

Seandainya saya lebih jernih berpikir, dan memilih jalan A daripada jalan B, mungkin tidak seperti ini.

Begitu banyak pengandaian, di umur 26 kemarin. Menyesal? Iya. Merelakan? Semoga. Pelan-pelan, tetapi pasti.


Satu yang berbeda di umur 26 adalah sifat individualis mulai mengalah dan mulai mau membuka diri pada

Saya memang, ketika saya memasuki 25 saya mulai menyadari betapa pentingnya membuka jaringan pertemanan seluas-seluasnya untuk membuka jalan jodoh. Haha.

Soal jodoh sih, masih seret. Haha. Namun entah kenapa definisi pertemanan yang selama ini kukira tiba-tiba melenceng.

Yang bisa kukatakan, terimakasih telah menjadi teman-temanku, walaupun saya sudah semenyebalkan itu.