Hai, halo, eh, bingung, kata apa sih enaknya untuk memulai semuanya. Entah.
Ini suratku yang kedua. Aku sih belum cukup pede bilang bahwa kamu sudah cukup terbiasa dengan surat semacam ini. Suratku yang pertama pun tampaknya mengandung kompleksitas egois yang cukup tinggi. Buktinya di sini aku sudah cukup pede untuk mengaku-aku dan mengkamu-kamu sebagai pencandu kamu.
Jadi, jika terkesan dipaksakan, maafkanlah. Iya sih, jika berkata maaf cukup, memang polisi bakal nganggur. Tapi ya… maaf. Memang banyak maaf yang perlu disampaikan untuk banyak hal pula. Iya.
Dan maafkanlah yang pertama, ijinkan aku memupuskan ekspektasi kamu lagi. Lagi-lagi surat suka atau surat cinta ini belum dalam format yang benar. Yaitu mendekati surat permintaan maaf. Kabar buruknya, tidak dibubuhi materai ataupun nominal denda. Maafkanlah
Maafkanlah yang kedua, maafkanlah sudah lancang kemarin dengan mengirimi surat itu. Ya maaf sih. Itu buah dari kelancangan, aku bisa apa. Maafkanlah.
Dan yang ketiga, jika kamu baca surat ini, maafkanlah aku lagi karena surat kemarin itu bukanlah bukan surat terakhir sesuai harapmu dan harapku. Maafkanlah.
Lalu yang keempat, maafkanlah jika seterusnya bakal ada surat-surat seperti ini. Maafkanlah ya. Ya berdoa ini surat yang terakhir. Maafkanlah jika tidak.
Dan ini yang kelima, maafkanlah maafku yang kemarin, tadi dan esok. Mungkin terlalu banyak kata maaf yang telah disampaikan hingga kamu bosan.
Untuk itu, maafkanlah, semoga surat ini mewakili segala maaf yang akan, sedang, ataupun sudah terjadi. Maafkanlah.
Salam mohon maaf lahir dan batin, Pencandu Kamu